Darimana ya aku harus bertanya? Apa kabarmu? Apa pertanyaan itu masih pantas untuk aku lontarkan untuk kau dan aku?
Setelah sekian lama dan sekian jauh aku dan kamu berjalan pada jalan masing-masing.
Arah yang tentu saling bertolak belakang.
Semenjak hari itu, hari dimana aku memutuskan untuk benar-benar bangkit, aku berusaha dengan keras untuk tidak mencari tahu apapun tentangmu, sekecil apapun itu.
Bukan karena aku tidak peduli lagi, lebih tepatnya karena aku memang sudah tak mampu lagi merasakan sakit untuk yang kesekian kalinya/
Benar kata mereka, kau adalah orang yang mencintaiku dengan sangat, namun kau juga orang yang memberiku luka yang bertubi-tubi.
Tak apa, Anggaplah luka ini sebagai ucapan selamat datang untuk kedewasaanku.
Luka yang aku sendiri pun tidak pernah tahu kapan akan berakhir dan sembuh. Bahkan waktu pun tak akan mampu menyembuhkan luka ini.
Sedih? Tentu.
Sakit? Sangat.
Ingin Menyerah? Hampir saja.
Aku melewati fase perpisahan kita dengan luka dan sakit yang bertubi-tubi datang dan menghujaniku.
Apa mungkin karena luka ini sendiri berasal darimu?
Aku tau, luka ini juga memang timbul dariku.
Hingga pada akhirnya kau memutuskan untuk meninggalkanku, bukan karna kau tidak lagi mencintaiku, namun karena kau memang sudah tak mampu lagi terluka karena cinta ini.
Cinta yang pada akhirnya aku sadari tidak layak dsebut cinta karena kau adalah pihak yang tersakiti karen iming-iming cinta ini.
Kukira cinta tidak akan setega ini, nyatanya memang cinta semenderita ini, semenyakitkan ini.
Dan aku bisa apa?
Ya seperti yang kau lihat, aku tak berdaya dengan semua luka dan kecewa hingga detik ini, namun aku terus berusaha semampuku.
Setelah puluhan bahkan ratusan malam aku berjalan sendiri tanpamu, aku tetap terlihati baik-baik saja. Aku hanya fokus menatap lurus kedepan, tanpa menghiraukan semua hal menyakitkan yang mencoba menghalangiku.
Ini membuatku terbiasa dengan luka dan tanpa arah.
Namun kabarku tetap baik-baik saja.
Apa kabarmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar